Oleh : Aisyah Senja Mustika, CGP Angkatan 7
Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Patrap Triloka
memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai
seorang pemimpin?
Dalam pengambilan keputusan, kita mesti menyadari betul bahwa apa-apa
yang kita putuskan akan memberi dampak pula bagi orang lain. Pengambilan
keputusan haruslah didasari dengan pertimbangan yang matang, analisis yang
kuat, dan prakiraan dampak yang mungkin terjadi di masa depan. Patrap Trilogi
dari KHD membawa kita pada pemahaman dasar, bagaimana semestinya pemimpim
pembelajaran menempatkan diri. Ing Ngarso sung Tuladha dimaknai bagaimana saat
kita berada di depan atau memimpin, kita harus memberi contoh, hal ini
dimanifestasikan bahwa segala pengambilan keputusan pelaksanaannya dimulai dari
diri sendiri, kita menggerakkan orang lain tidak saja dengan perintah, namun
dengan Gerakan kita yang memperngaruhi Gerakan orang lain.
Ing Madya Mangun Karso, saat kita berada di tengah, maka tugas kita
adalah menguatkan apa yang menjadi keputusan bersama, tidak sepantasnya kita
menggerutu atau merasa keberatan dengan keputusan yang telah disepakati
bersama. Tugas kita mengindahkan dan melaksanakan keputusan untuk kemaslahatan
bersama. Patrap terakhir, Tut Wuri Handayani, jika kita dibelakang, maka tugas
kita adalah mendorong terlaksananya apa yang menajdi keputusan bersama.
Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita dan pengaruhnya kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu
keputusan?
Merujuk pada nilai-nilai
guru penggerak yang telah kita pelajari dan amalkan bersama: berpihak pada
murid, mandiri, kolaboratif, inovatif, dan reflektif. Nilai-nilai tersebut
sejatinya menaungi prinsip-prinsip pengambilan keputusan yang kita ambil.
Sebagai contoh, pengambilan keputusan yang kita lakukan sudah seharusnya
berpihak pada murid, jangan sampai merugikan. Keputusan yang kita ambil juga
mempertimbangkan kemungkinan adanya perbaikan secara mandiri dan memperbesar
peluang untuk berkolaborasi, memunculkan inovasi-inovasi baru bagi solusi
permasalahan, dan bagaimana keputusan yang kita ambil bersama mampu menjadi
refleksi bagi pihak-pihak terkait untuk lebih baik di masa mendatang.
Materi pengambilan keputusan berkaitan dengan
kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau
fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian
pengambilan keputusan yang telah kita ambil.
Coaching dan pengambilan
keputusan sebenarnya adalah dua materi yang saling berkaitan erat. Proses
coaching yang dilakukan oleh coach pada coachee memberi ruang kreatif pada
coachee untuk mengambil keputusan-keputusan kreatif lewat curah gagasan yang
ditemani dan dituntut oleh coach. Pada saat sesi coaching coache juga
menyampaikan berbagai dilema yang ia rasakan sebelum akhirnya ia memaparkan
alternatif kemungkinan, membuat keputusan, dan melakukan komitmen. Coaching di
sini tentu akan mempermudah seseorang dalam mengambil keputusan dilematis.
Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek
sosial emosionalnya berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya
masalah dilema etika.
Guru dengan social
emosional yang baik secara otomomatis akan melakukan pertimbangan yang matang,
namun cepat dan efektif. Ia tahu bagaimana membawa diri dalam situasi dan
mengambil keputusan terbaik dilakukan melalui langkah-langkah yang telah ia
pahami. Di lapangan, banyak kasus pengambilan keputusan yang cenderung
terburu-buru tanpa pertimbangan disebabkan oleh kondisi emosional yang kurang
terkelola dengan baik. Ini bermakna, pengambilan keputusan dilematis akan
semakin mantap bila guru memiliki social emosional yang baik.
Studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika
kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.
Nilai-nilai yang dianut
oleh pendidik tidak terlepas dari moral dan etika profesi yang diembannnya.
Ketika seorang Pendidik dihadapkan pada kasus yang menyangkut bujukan moral maupun
dilema etika, sudah semestinya ia kembalikan lagi pada nilai-nilai sebagai
pendidik yang dianutnya. Nilai yang berpihak pada murid harus mendasari nilai
nilai yang lain.
Pengambilan keputusan yang tepat, berdampak pada
terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Dengan memperhatikan kesempilan
langkah-langkah pengambilan keputusan, mulai dari memahami kasus yang sedang
terjadi, siapa saja yang terlibat, prinsip pengambilan keputusan, hingga opsi trilemma
serta serta secara periodic melakukan evaluasi, insyaAllah keputusan yang
diambil akan berdampak positif, kondusif, aman, dan nyaman pada lingkungan.
Tantangan-tantangan di lingkungan untuk dapat
menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini, kaitannya dengan perubahan paradigma di
lingkungan.
Sebab kami tidak memiliki
kepala sekolah definitif, kami guru-guru terbiasa untuk mengambil keputusan
yang sifatnya insidental dengan cara musyawarah, beberapa keputusan yang
sifatnya rencana pun biasanya kami rapatkan terlebih dahulu untuk kemudian
memperoleh masukan atau pengesahan dari kepala sekolah yang mengampu. Kondisi ini
tidak lantas membuat kami kebingungan, kami dintuntut mandiri dan berpikir
matang dalam pengambilan keputusan. Pada prinsipnya kami berusaha sekuat tenaga
agar apa yang kami putuskan betul-betul berpihak pada murid, tidak hanya untuk
jangka pendek namun juga untuk jangka panjang.
Pengaruh pengambilan keputusan yang diambil dengan pengajaran yang memerdekakan murid.
Sebelum modul 3.1 mengenai pengambilan
keputusan, kita telah belajar mengenai pembelajaran berdifrensiasi,
pembelajaran ini telah memberi pengaruh besar dalam pembelajaran. Ketika
memutuskan untuk merancang suatu pembelajaran, kita lebih berani untuk
melakukan perbedaan signifikan, penilaian otentik sesuai dengan perbedaan
proses yang mereka lakukan. Saya juga tidak harus memaksakan anak-anak dengan
kemampuan tertentu untuk menyelesaikan asesmen untuk anak-anak yang telah
berada di level lebih tinggi. Keputusan yang sama ambil ini saya rasakan lebih ramah,
semua anak lebih bebas mengaktualisasikan dirinya.
Seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil
keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-murid.
Tidak ada yang bisa memastikan masa depan, itulah
mengapa kita mengusahakan yang terbaik di masa sekarang. Peran orang tua yang
membersamai, guru-guru yang menuntun, dan dukungan masyarakat akan berarti
besar untuk tumbuhkembang anak-anak di masa depan. Keputusan-keputusan yang
kita lakukan untuk mendesain lingkungan terbaik bagi anak akan sangat
menentukan masa depan mereka.
Kesimpulan akhir yang dapat ditarik dari pembelajaran modul materi ini dan
keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya.
Setiap modul yang saya
pelajari, terus mendapat penguatan dari modul-modul sebelumnya. Mulai dari
filofosi KHD yang membawa paradigma berpikir saya mengenai Pendidikan yang
berpihak pada murid. Nilai dan peran guru penggerak yang memantapkan langkah
saya untuk melengkapi bagian-bagian dari nilai-nilai tersebut di dalam diri
saya yang masih kurang, visi guru penggerak memperjelas arah langkah saya, dan
budaya positif menjadi wahana saya untuk mewujudkan visi tersebut. Pembelajaran
berdiferensiasi dan PSE yang menghidupkan ruang kelas, serta coaching dan
pengambikan keputusan yang membantu kita mengurai overthinking kita.
Dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma
pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah
pengambilan dan pengujian keputusan.
Dilema etika ialah ketika
seseorang dalam posisi pengambilan keputusan antara benar dan benar. Keduanya sama-sama
benar, namun kita harus membuat pilihan terbaik dalam kondisi tersebut dengan
memperhatikan beberapa prinsip pengambilan keputusan.
Bujukan moral ialah ketika
seseorang dalam posisi pengambilan keputusan antara benar dan salah. Bisa saja
seseorang mengambil keputusan yang benar, namun ada pertimbangan lain, potensi
lain yang memungkin pilihan “salah” terasa lebih baik, padahal tidak.
Empat paradigma pengambilan
keputusan:
1. Individu lawan kelompok (individual vs community)
2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs
long term)
Tiga prinsip pengambilan
keputusan
Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
9 Langkah Pengambilan Keputusan
Mengenali
nilai-nilai yang saling bertentangan
Menentukan siapa yang terlibat dalam
situasi ini. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini. Pengujian benar atau salah (Uji Legal, Uji Regulasi,
Uji Intuisi, Uji Publikasi, Uji panutan Pengujian Paradigma Benar lawan Benar. Melakukan Prinsip Resolusi Investigasi Opsi Trilema Buat Keputusan Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan |
Sebelum mempelajari modul ini,
pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi
moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di
modul ini?
Sudah pernah, yaitu tentang
pembelajaran yang saya laksanakan. Saya memiliki seorang anak didik ABK. Saya
diantara pilihan apakah saya harus melanjutkan bab selanjutnya dengan kondisi ia
belum bisa mengikuti, atau saya tetap di bab tersebut agar ia bisa mengulang
kembali. Namun, setelah mempelajari modul ini ada alternatif yang bisa saya
lakukan, yaitu pembelajaran berdiferensiasi.
Bagaimana dampak mempelajari
konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda
dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Awalnya, saya berpikir
bahwa ada yang salah dengan cara berpikir saya, mungkin saya terlalu
overthiniking, ternyata tidak, di lapangan kita dihadapkan pada situasi
dilematis yang membuat kita membuat keputusan terkait dilemma etika. Sekarang
untuk mengambil sebuah keputusan, saya lebih mantap sebab telah mengetahui
cara-cara yang jelas dan kuat untuk diterapkan.
Seberapa penting mempelajari
topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang
pemimpin?
Sangat penting, sebab
membantu kita mengurangi kegundahan mengambil keputusan, apapun posisi kita.
0 Komentar