KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.1
Oleh: Aisyah Senja Mustika
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan suatu design pembelajaran yang memungkin kebutuhan belajar setiap individu di dalam kelas terakomodir, sehingga setiap murid dengan beragam perbedaan memperoleh ruang untuk berkembang sesuai dengan cara-caranya masing-masing. Ini adalah pembelajaran yang dinilai paling common sense untuk kita terapkan bersama. Bagaimana bisa? Mari merefleksi sejenak, ada berapa murid dalam kelas kita? Anggap saja paling sedikit dua, meski jumlah itu amat minimalis untuk sebuah kelas namun kita sebagai pendidik pasti akan mampu melihat jika keduanya amat berbeda. Pun, itu dari segi penyerapan informasi, minat, gaya belajar, latar belakang, orientasi, dsb akan tetap mempengaruhi bagaimana ia akan belajar. Hal yang lebih heterogen akan kita saksikan dalam kelas dengan jumlah murid yang begitu banyak. Lantas, apakah ini bermakna guru mesti membuat pembelajaran sebanyak jumlah murid? Apakah ini affordable untuk diterapkan dalam kelas?
Dalam pembelajaran berdiferensiasi guru
perlu terlebih dahulu melakukan pemetaan di kelas. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengamati perilaku murid, mengidentifikasi pengetahuan awal, mereview dan
menelaah praktik pembelajaran, berkomunikasi dengan murid, membaca rapor murid
di kelas sebelumnya, dan menggunakan beragan penilaian baik formatif maupun
sumatif. Dari berbagai aktivitas tersebut kemudian guru bisa membuat pemetaan
mengenai kesiapan belajar murid pada suatu kompetensi tertentu(readiness),
minat, dan profil belajar murid(cara terbaik bagaimana setiap invidu belajar).
Dari pemetaan tersebut, guru kemudian
membuat kelompok-kelompok kecil seperti kelompok tahap awal, kelompok tahap
menengah, dan kelompok tahap lanjut. Pengelompokan ini bisa berubah-ubah
menyesuaikan kompetensi apa yang akan diajarkan. Mengapa berubah? Sebagai
contoh, murid dengan kecerdasan matematika kurang mungkin akan berada pada kelompok
tahap awal saat materi geometri. Namun, ia bisa saja berada pada kelompok tahap
lanjut saat materi berpidato.
Setelah melakukan pengelompokan, guru
mulai membuat diferensiasi menyesuaikan keragaman yang ada, baik itu
diferensiasi konten, diferensiasi proses, diferensiasi produk ataupun ketiganya
dalam suatu pembelajaran. Diferensiasi konten memungkin siswa belajar sesuai
dengan profil belajar dan kesiapan masing-masing. Siswa dengan preferensi
belajar yang masih sangat dasar dengan kecenderungan gaya belajar auditori,
bisa diberikan sumber belajar konsep-konsep dasar berupa video, sementara siswa
dengan kecerdasan kinestetik, dapat pula melakukan demonstrasi langsung(diferensiasi
proses) agar lebih mudah baginya untuk menerima pembelajaran. Direfensiasi
produk pun bisa sangat mengakomodir aktualisasi diri siswa, sebagai contoh murid
dengan kecerdasan bermusik akan lebih tertantang untuk membuat produk melalui musik,
berbeda dengan murid verbal yang mungkin akan lebih prefer jika menulis pada
blog atau membuat vlog, sementara murid dengan kecerdasan seni mungkin akan
lebih tertarik dengan menuangkannya dalam bentuk poster atau infografis.
Pada modul 2.1 bagi saya merupakan modul
penuh prakti baik yang mampu berdampak langsung bagi pembelajaran murid di
kelas, setelah pada modul 1.1 saya belajar mengenai pendidikan yang ideal dari
sudut pandang bapak pendidikan kita Ki Hadjar Dewantara, kemudian pada modul
1.2 saya disugi dengan beragam kekayaan wawasan sebagai tools untuk menerjemahkan
dan mengeksekusi pemahaman-pemahaman tersebut, kemudian pada modul 1.3 kami
ditantang untuk membuat Visi Prakarsa Perubahan, kemudian pada modul 1.4 kami mulai
mengeksekusi prakarsa perubahan tersebut dengan Budaya Positif di kelas maupun
sekolah. Nah, setelah budaya positif tersebut terejawantahkan kami kemudian ditantang
untuk melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi. Sangat menarik, tak sabar untuk
menuju modul 2.2!
Salam Guru Hebat!
0 Komentar