LK 3.1 Menyusun Best Practices
Menyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice) Menggunakan Metode Star (Situasi, Tantangan,
Aksi, Refleksi Hasil Dan Dampak)
Terkait Pengalaman
Mengatasi Permasalahan Siswa Dalam Pembelajaran
AKSI 1
Lokasi |
SDN 1 Bakungan |
Lingkup Pendidikan |
Sekolah Dasar |
Tujuan yang ingin dicapai |
Pembelajaran inovatif untuk meningkatkan HOTS
siswa. |
Penulis |
Aisyah Senja Mustika |
Tanggal |
15 Oktober 2022 |
Situasi: Kondisi yang menjadi latar belakang masalah,
mengapa praktik ini penting untuk dibagikan, apa yang menjadi peran dan
tanggung jawab anda dalam praktik ini. |
Berpikir kritis menjadi salah satu skill
esensial di abad 21. Tingginya arus informasi mengharuskan kita untuk
mengembangkan bagian otak luhur manusia untuk menganalisis setiap informasi
yang diterima. Sebagai guru penting bagi kita untuk mengembangkan skill
tersebut melalui pembelajaran yang kita lakukan. Pembelajaran selayaknya
tidak hanya sekedar transfer ilmu, namun bagaimana kemudian mampu dimanfaatkan
oleh anak-anak dalam memecahkan kehidupan sehari-hari. Hal itulah yang melatarbelakangi aksi yang saya
ambil. Saya berharap memiliki skill dalam menciptakan pembelajaran inovatif
yang konsen pada pikiran kritis siswa. |
Tantangan : Apa saja yang menjadi tantangan untuk mencapai
tujuan tersebut? Siapa saja yang terlibat, |
Tantangan: 1.
Siswa di daerah
kami notabene adalah siswa aliterasi(tidak suka membaca), padahal wawasan
menjadi modal penting bagi perkembangan pemikiran kritis. 2.
Dibutuhkan kemampuan
guru dalam membuat orientasi masalah yang tepat sehingga merangsang
keingintahuan siswa. 3.
Memerlukan
strategi atau langkah-langkah yang tepat untuk membuat scaffolding yang
bermakna untuk siswa sehingga siswa mampu mengembangkan kognitif dari level
rendah menuju tinggi. 4.
Tema yang digagas haruslah kontekstual,
dekat sekaligus disukai oleh siswa. |
Aksi : Langkah-langkah apa yang dilakukan untuk
menghadapi tantangan tersebut/ strategi apa yang digunakan/ bagaimana prosesnya,
siapa saja yang terlibat / Apa saja sumber daya atau materi yang diperlukan
untuk melaksanakan strategi ini |
Langkah-langkah: 1. Untuk mengembangkan wawasan siswa, saya mulai
dengan mengajak siswa untuk lebih dekat dengan buku, saya bekerjasama dengan TBM
setempat untuk menghadirkan buku-buku yang variatif. Untuk membantu siswa
lebih cepat jatuh cinta pada buku, saya mendongeng, mengajak siswa berdiskusi
atau do something yang ada di buku. Saya juga mengajak siswa belajar di luar
kelas untuk melatih skill “menanya.” 2. Materi Matematika kali ini saya kaitkan dengan
PPKN sebagai preface yang menjadi jembatan saya untuk masuk materi inti.
Kebetulan materi PPKN kali ini mengenai hak di rumah. Saya kemudian
mengangkat bahasan hak bermain di rumah. 3. Pada saat aksi saya mengajak siswa untuk
bermain lego. Bermain merupakan aktivitas yang semua anak suka, ini membuat
aktivitas berpikir kritis yang sebenarnya membutuhkan banyak energi menjadi
tereduksi sebab dilakukan dengan penuh kegembiraan. Scaffolding dari kemampuan
berpikir tingkat rendah menjadi tingkat tinggi akan lebih mudah terlaksana. 4. Dalam permainan lego tersebut siswa akan diajak
untuk memikirkan jumlah kemungkinan lego dari dua kombinasi bilangan cacah untuk
membuat dua bangunan. Mereka saling bekerjasama antar kelompok untuk tidak
saja mendesain dan merakit lego, namun juga memperhitungkan jumlah yang
dibutuhkan masing-masing lego. |
Refleksi Hasil
dan dampak Bagaimana dampak dari aksi dari Langkah-langkah
yang dilakukan? Apakah hasilnya efektif? Atau tidak efektif? Mengapa? Bagaimana respon orang lain
terkait dengan strategi yang dilakukan, Apa yang menjadi faktor keberhasilan
atau ketidakberhasilan dari strategi yang dilakukan? Apa pembelajaran dari
keseluruhan proses tersebut |
Refleksi Hasil: Hal positif untuk dibagi: 1.
Siswa antusias
saat kegiatan bertanya jawab dan diskusi, mereka menyampaikan berbagai
pendapat dan usulan untuk dilakukan bersama. Saya mendesain pembelajaran ini
dengan model brainstorming untuk memberi ruang lebih banyak kepada siswa untuk
menyampaikan gagasannya. Setia pada siswa menjawab dan jawaban tersebut kurang
tepat, saya akan mencoba mengarahkan sampai siswa itu mampu
memngkonstruksikan sendiri jawaban yang benar. 2.
Proses membuat
kombinasi jumlah, mendesain, dan merangkai lego dalam team adalah bagian
paling seru, tidak ada siswa yang pasif, semua merasa penting dalam team.
Tugas saya di sini mencoba memantau dan mengajak kembali jika ada siswa yang
keluar dari aktivitas. 3.
Pembelajaran
berdiferensiasi kali ini tergolong sukses, sebab kegiatan mampu mengakomodir
semua kemampuan siswa, termasuk siswa ABK(terdiagnosis tunagrahita)yang ada
di kelas saya. Beberapa hal untuk
dijadikan pelajaran: 1. Rencana Aksi-1 ini ada sedikit permasalahan
teknis. Saya pribadi masih terfokus pada kekhawatiran tentang proses
perekaman yang tidak berjalan dengan baik sehingga kurang optimal saat pembelajaran
berlangsung. 2. Pada saat bermain game onlie, ternyata jaringan
internet di sekolah sedang down, saya mencoba mencari alternatif dengan thateringd
dari ponsel pribadi, namun hasilnya tetap kurang optimal. Sehingga saya perlu
menyiapkan game lain. 3. Soal yang saya susun telah bermuatan HOTS, namun
kalimat yang digunakan masih cukup panjang dan kompleks untuk satu siswa saya
yang ABK, sehingga saya perlu menyiapkan instrumen evaluasi khusus. |
AKSI 2
Lokasi |
SDN 1 Bakungan |
Lingkup Pendidikan |
Sekolah Dasar |
Tujuan yang ingin dicapai |
Pembelajaran lebih inovatif |
Penulis |
Aisyah Senja Mustika |
Tanggal |
4 November 2022 |
Situasi: Kondisi yang menjadi latar belakang masalah,
mengapa praktik ini penting untuk dibagikan, apa yang menjadi peran dan
tanggung jawab anda dalam praktik ini. |
Lingkungan sekolah kami didominasi oleh siswa
dari lingkungan menengah ke bawah, sebagian dari mereka tumbuh di keluarga
aliterasi yang memandang sekolah itu penting namun masih sebatas pada
normalitas semata. Sekolah lulus dan dapatkan pekerjaan, tujuan pembelajaran
masih dilihat dalam kaca mata praktis. Ini membuat motivasi siswa dalam
belajar pun masih pada taraf “menyelesaikan kewajiban”. Praktik baik berupa
upaya untuk menghadirkan pembelajaran yang inovatif dinilai sangat penting.
Sebab pembelajaran seharusnya bisa membawa siswa merasakan, bahwa pendidikan
tidak sekedar persiapan untuk masa depan, namun kehidupan itu sendiri. Pembelajaran inovatif, diharapkan mampu
menghadirkan ilmu pengetahuan sebagai suatu “tools” menuju kualitas hidup
yang lebih baik. Sehingga siswa bisa menikmati proses dari belajar sebagai
sesuatu yang memberi manfaat tanpa perlu menunggu nanti. Sebagai guru, saya
memiliki peran krusial sekaligus strategis dalam memimpin pembelajaran yang
berpusat pada siswa. |
Tantangan : Apa saja yang menjadi tantangan untuk mencapai
tujuan tersebut? Siapa saja yang terlibat, |
Tantangan bagi saya yang paling tricky adalah
konsistensi. Pembelajaran inovatif idealnya dilakukan setiap hari dalam
setiap pertemuan. Namun untuk melaksanakan hal ini butuh pembiasaan dan
sumber daya yang memadai. sumber daya
tersebut mesti dirancang secara terprogram dan berkelanjutan. Dalam
rancanganya pun pembelajaran inovatif membutuhkan analisis materi yang
kemudian dituangkan dalam model pembelajaran yang sesuai dan dikuatkan
melalui media ajar dan sumber ajar yang tepat. |
Aksi : Langkah-langkah apa yang dilakukan untuk
menghadapi tantangan tersebut/ strategi apa yang digunakan/ bagaimana
prosesnya, siapa saja yang terlibat / Apa saja sumber daya atau materi yang
diperlukan untuk melaksanakan strategi ini |
PPG memberi saya ruang untuk menenuki lebih
dalam mengenai jenis dan konteks penggunaan macam-macam model pembelajaran
inovatif. Kegiatan ini mengajarkan saya bagaimana menemukan suatu akar
permasalahan hingga akhirnya solusi dan menyusun rencana aksi. Saya jadi
lebih jeli dalam menggali sumber-sumber materi esensial untuk siswa dan
bagaimana membuat media yang konkrit sekaligus canggih untuk menyokong
pembelajaran inovatif yang ingin saya terapkan. Dalam prosesnya saya telah
berkolaborasi dengan dosen, gumong, rekan mahasiswa, atasan, rekan sejawat,
orang tua siswa, dan tentu saja siswa dalam proses aksi ini. Proses aksi ini sekaligus menguatkan saya pada
apa yang telah saya lakukan sebelumnya dan memberi saya keterampilan baru
untuk melaksanakan pembelajaran inovatif yang lebih apik, terencana,
bermakna, dan konsisten. |
Refleksi Hasil
dan dampak Bagaimana dampak dari aksi dari Langkah-langkah
yang dilakukan? Apakah hasilnya efektif? Atau tidak efektif? Mengapa? Bagaimana respon orang lain
terkait dengan strategi yang dilakukan, Apa yang menjadi faktor keberhasilan
atau ketidakberhasilan dari strategi yang dilakukan? Apa pembelajaran dari
keseluruhan proses tersebut |
Rencana Aksi ke-2 yang telah saya lakukan untuk
menciptakan pembelajaran inovatif telah berjalan dengan baik, lancar, dan
sesuai dengan rencana. Siswa antusias
selama mengikuti pembelajaran dari awal hingga akhir. Apersepsi yang saya
berikan melalui pesan penugasan sebelum hari H dan bermain game online,
efektif untuk mengajak siswa fokus pada main materi. Siswa memperoleh
keterampilan baru (melipat dan menjahit) yang sangat mungkin diterapkan
langsung dalam kehidupannya sehari-hari. Dalam soal evaluasi siswa juga telah
mampu menjawab dengan benar, diskusi terkait kewajiban di rumah yang
berhubungan dengan pakain menjadi scaffolding siswa untuk menyelesaikan soal
HOTS di dalamnya. Di akhir materi, kami berhasil melaksanakan evaluai dan
follow up bersama. Bagi saya, praktik pembelajaran kali ini lebih baik dari
pada aksi 1. Hasil observasi dari rekan guru menyatakan
bahwa kompenen pembelajaran yang telah saya lakukan 8 kompenen sangat baik
dan 5 kompenen lainnya baik. Sementara untuk semua urutan kegiatan dinilai
lengkap. Dalam hasil survey pada siswa diperoleh data
bahwa rata-rata siswa di kelas sangat senang dan senang terhadap media ajar,
sumber ajar, kegiatan belajar, dan cara guru mengajar pada hari itu. Soal HOST yang rata-rata berbentuk open-ended
mampu diselesaikan oleh sebagian besar siswa. |
AKSI 3
Lokasi |
SDN 1 Bakungan
Karangdowo |
||||||||||||||||||||||||
Lingkup Pendidikan |
Sekolah Dasar
Kelas 3 |
||||||||||||||||||||||||
Tujuan yang ingin dicapai |
Pembelajaran
Inovatif untuk Meningkatkan Motivasi siswa. |
||||||||||||||||||||||||
Penulis |
Aisyah Senja
Mustika, S. Pd. |
||||||||||||||||||||||||
Tanggal |
Sabtu, 12
November 2022. |
||||||||||||||||||||||||
Situasi: Kondisi yang menjadi latar belakang masalah, mengapa
praktik ini penting untuk dibagikan, apa yang menjadi peran dan tanggung
jawab anda dalam praktik ini. |
Latar Belakang: Motivasi siswa
dalam belajar selama ini masih sebatas “menyelesaikan kewajiban”. Praktik ini
dimaksudnya untuk memberikan pengalaman-pengalaman kontekstual sesuai dengan
permalasahan umum yang siswa temui dengan menggunakan model Problem Based
Learning. Dengan mengajak siswa menggali solusi dari kondisi yang mereka
alami sendiri, diharapkan siswa dapat merasakan pembelajaran bermakna yang
memberi mereka gambaran bahwa belajar adalah sebagai kebutuhan. Foto: suasana istirahat di sekolah Permasalahan
yang diangkat pada praktik ini adalah mengenai jajanan sehat yang kemudian
digunakan sebagai topik untuk membuat kalimat saran. Di sekolah kami yang
tidak memiliki kantin permanen, jajanan menjadi isu tersendiri yang perlu
dibahas. Sebagian besar siswa membeli dan mengkonsumsi makanan yang dijajakan
di pinggir jalan saat jam istirahat. Cilok, cireng, cimol, penthol, papeda yang
rata-rata dibuat dengan bahan yang kurang aman, seperti minyak bekas yang
sudah hitam, pewarna dan serbuk perasa yang terlalu kuat, saus bermutu
rendah, dan tingkat kebersihan yang memprihatinkan. Menurut penelitian yang
dilakukan Melda C. Harahap, dkk(2020)[1] menunjukkan
persentase kontribusi makanan jajanan cenderung lebih besar (51,01%) pada
anak dengan status gizi gemuk. Terdapat korelasi antara kontribusi konsumsi jajanan dengan
status gizi, anak
yang gemuk/ obesitas
cenderung mengkonsumi
jajanan dibanding anak berstatus gizi normal. Setelah
pembelajaran siswa diharapkan mampu membangun sendiri pengetahuannya mengenai
pentingnya jajanan sehat, pengetahuan yang mereka peroleh menjadi salah satu
kunci untuk membuat keputusan-keputusan yang lebih bijak dalam membeli dan
mengkonsumsi jajanan sehat. Peran Penulis: Sebagai wali
kelas 3, penting bagi saya untuk menguatkan laku siswa utamanya dalam
memecahkan permasalahan siswa sehari-hari melalui pembelajaran inovatif yang
sekaligus memotivasi siswa untuk semakin antusias belajar. Sebagaimana
pandangan Ki Hadjar Dewantara, bahwa tujuan pembelajaran dan pendidikan
adalah untuk menghantarkan siswa mandiri lahir dan batinnya. Maka untuk
menjadi mandiri, sudah barang tentu siswa harus memiliki keterampilan berpikir
kritis (thinking slow) agar ia dapat bersikap bijak dan kedepannya mampu survive
di tengah laju informasi yang tinggi. Maka, peran guru menjadi penting
sebagai fasilitator sekaligus manager yang mampu merancang pembelajaran yang
berpihak pada murid. |
||||||||||||||||||||||||
Tantangan : Apa saja yang menjadi tantangan untuk mencapai
tujuan tersebut? Siapa saja yang terlibat, |
Tantangan: Beberapa
tantangan dalam rencana aksi kali ini antara lain: 1.
Permasalahan yang diangkat adalah sesuatu yang telah menjadi
kebiasaan/mendarah daging. Diperlukan sebuah skema pembelajaran yang
memungkinkan siswa untuk lebih terbuka terhadap fakta yang akan diberikan. 2.
Memerlukan media konkrit berupa jajanan variatif yang
merepresentasikan konsumsi jajanan siswa sehari-hari. 3.
Memerlukan media canggih sekaligus mudah dioperasikan yang mampu
menunjukan bukti otentik tentang kualitas jajanan tersebut. 4.
Memerlukan skema pembelajaran yang mampu mendorong parsitipasi aktif
siswa, melibatkan mereka dalam aktivitas yang menantang untuk diselesaikan. 5.
Sebab aksi ini menggunakan beragam data yang sebagian siswa masih
asing, penting bagi guru untuk memilih kosakata yang tepat agar siswa mudah
mengingat sekaligus mengindentifikasi maksud kosakata tersebut. 6.
Guru perlu menyiapkan beragam instruksi terdeferensiasi untuk
menjembatani beragam kemampuan siswa. 7.
Bila menggunakan media digital yang menggunakan koneksi internet, guru
perlu mempersiapkan dengan matang kebutuhan akan gadget dan jaringan internet
yang memadai. 8.
Perlu managejemen waktu yang tepat agar skema pembelajaran dapat
terlaksana secara menyeluruh sesuai dengan porsi yang tepat. 9.
Pada akhir pembelajaran, guru harus mampu mengaitkan konten dan
konteks pembelajaran sehingga siswa secara mandiri mampu menyimpulkan tentang
pentingnya ilmu untuk kehidupan. Pihak yang terlibat: 1.
Siswa, siswa menjadi subjek belajar, pusat dari pembelajaran yang
dirancang. Dengan mengetahui lataar belakang siswa, kemampuan awal siswa,
karakter siswa, sekaligus gaya belajar siswa memungkinkan guru untuk
merancang pembelajaran yang berpihak pada siswa. 2.
Guru, guru bertugas sebagai designer pembelajaran, fasilitator,
partner siswa dalam mengkonstruksikan pengetahuan. 3.
Atasan, kepala sekolah menjadi pendorong sekaligus pembimbing,
pengalaman serta wawasan kepala sekolah diharapkan dapat membantu guru yang
bersangkutan menemukan formula terbaik. 4.
Rekan kerja, kita tidak dapat melihat punggung sendiri, rekan kerja
sebagai teman teman seperjuangan yang bisa melihat celah kita yang ke
depannya sebagai saran, masukan, serta kritik membangun. 5.
Orang tua dan masyarakat sekitar, dalam praktinya kegiatan ini
tetaplah membutuhkan komunikasi dengan orang tua dan warga setempat. Dalam
mempersiapkan jajanan misalnya, orang tua terlibat, penjaga kantin termasuk
penjual di sekeliling sekolah perlu disosialisasikan. |
||||||||||||||||||||||||
Aksi : Langkah-langkah apa yang dilakukan untuk
menghadapi tantangan tersebut/ strategi apa yang digunakan/ bagaimana
prosesnya, siapa saja yang terlibat / Apa saja sumber daya atau materi yang
diperlukan untuk melaksanakan strategi ini |
Langkah-langkah: 1.
Melakukan analisis permasalahan dan menemukan akar permasalahan. 2.
Melakukan eksplorasi alternatif solusi dan menenukan solusi paling
sesuai. 3.
Membuat rencana aksi mulai dari penyusunan RPP, bahan ajar, LKPD,
media ajar, dan instrumen penilaian. 4.
Melaksanakana aksi sesuai rencana. Strategi(disesuaikain dengan poin pada kolom tantangan): 1.
Membuat orientasi masalah dan pertanyaan pemantik yang menggugah rasa
ingin tahu siswa. 2.
Memilih beberapa jajanan dari yang paling aman hingga kurang aman,
selain siswa membawa sendiri, guru harus membawa contoh-contoh yang
representatif. 3.
Scan barcode bisa menjadi aplikasi alternatif, selain mudah digunakan
aplikasi ini juga cukup akurat dalam mendeteksi identitas suatu produk. 4.
Menggunakan model Problem Based Learning, di mana siswa terlebih
dahulu dikenalkan dengan permasalahan yang nantinya digali saat pembelajaran.
Sehingga dengan begitu akan terpacu untuk menemukan solusi. 5.
Guru mencoba menggunakan ragam kosakata sederhana yang cocok untuk
kelas 3 dan lebih fokus pada simbol agar siswa lebih mudah mengindentifkasi. 6.
Instruksi akan lebih mudah bagi siswa berkebutuhan khusus setelah
sebelumnya guru melakukan demonstrasi sederhana seperti mengecek apakah
bungkusnya berlubang dan apakah ada aroma tertentu yang keluar dari kemasan
tersebut. Sementara untuk siswa lainnya mengindentifakasi logo halal,
nutrition facts, tanggal kadualarsa dirasa sudah bisa. 7.
Menggunakan internet sendiri ditambah cadangan menjadi keputusan
tepat, saat jaringan internet sekolah tidak stabil. 8.
RPP yang dirancang perlu mengatur waktu per kegiatan, sehingga
pelaksanan lebih tertata dari segi durasi. 9.
Penting untuk menjadikan pengetahuan sebagai skill, hal ini bisa
dilakukan dengan memberi penguatan di akhir pelajaran tentang bagaimana
menggunakan ilmu pengetahuan yang baru saja mereka dapat kaitannya dalam
kehidupan sehari-hari. Sumber Daya/Materi: 1.
RPP 2.
Bahan ajar: video berita terkait liputan proses pembuatan saus yang
tidak higienis, modul atau pedoman analisis jajanan makanan. 3.
Media pembelajaran: aneka jajanan kemasan, aplikasi barcode, gadget,
proyektor. |
||||||||||||||||||||||||
Refleksi Hasil
dan dampak Bagaimana dampak dari aksi dari Langkah-langkah
yang dilakukan? Apakah hasilnya efektif? Atau tidak efektif? Mengapa? Bagaimana respon orang lain
terkait dengan strategi yang dilakukan, Apa yang menjadi faktor keberhasilan
atau ketidakberhasilan dari strategi yang dilakukan? Apa pembelajaran dari
keseluruhan proses tersebut |
Dampak: Indikator keberhasilan
dari aksi ini adalah meningkatkannya motivasi belajar siswa. Hal tersebut
akan nampak pada: 1.
Antusias dan keterlibatan siswa selama mengikuti pembelajaran. 2.
Materi yang diajarkan dapat diserap dengan baik(ditunjukkan dengan
hasil belajar) 3.
Nampak pemikiran kritis siwa terbangun. 4.
Pasca kegiatan, siswa mampu mengaplikasikan ilmu yang merekia peroleh. Pada aksi kali ini ada 1 siswa yang tidak berangkat, sehingga harus
digantikan dengan satu siswa dari kelas 4, secara keterlibatan siswa tersebut
kurang, sebab bukan berada di kelasnya. Tantangan lain pada saat itu ialah,
semua murid dipulangkan sebab ada kegiatan insidental di sekolah, hanya
tinggal kelas kami, sehingga guru harus berusaha lebih supaya siswa tetap
seru mengikuti pelajaran. Pada awal kegiatan, saya mengajak siswa untuk menyaksikan video
tentang liputan proses produksi saus yang sangat kotor. Siswa terlihat
mengernyitkan dahi sambil bergidik. Dari sinilah orientasi masalah dimulai
dan siswa menanya. Keterlibat siswa nampak pada saat mereka dengan antusias menganalisis
kemasan mulai dari nomor produk, logo halal, nutriotion facts, tanggal
kadaluarsa, hingga barcode. Pada tahap awal, sebagian siswa yang terlihat
kurang antusias mulai ikut sibuk menganalisis. Pada saat siswa diminta untuk menjelaskan urutan makanan dari yang
paling aman ke kurang aman, siswa sudah bisa menjelaskan secara tepat
walaupun masih membutuhkan bimbingan untuk mengutarakan. Bila ditinjau dari pemahaman siswa kita bisa analisis pada hasil
belajar siswa sebagai berikut:
Dari tabel ini bisa dilihat bahwa semua siswa tuntas, namun khusus
siswa AYS, proses pengerjaan soal masih dibantu bimbingan guru. Efektivitas Salah satu indikator bahwa pembelajaran ini berhasil adalah respon
siswa setelahnya. Beberapa hal yang bisa dilihat adalah: 1.
Satu siswa memutuskan untuk lebih sering membawa bekal makanan. 2.
Dua siswa lebih sering jajan makanan segar(bukan junk food), 3.
Semua siswa memutuskan membeli pentol/cilok tanpa saus. Pendapat Orang
Lain Guru: 1.
Pembelajaran telah dilaksanakan lengkap sesuai dengan sintak Problem
Based Learning. 2.
Guru sangat baik dalam membawakan materi, memonitoring, merespon jawaban,
memfasilitasi keragaman karakter, dan penguasaan materi. 3.
Guru baik dalam menyiapkan siswa untuk belajar, membimbing
penyelidikan, pengkondisian kelas, dan memberi penguatan dalam pembelajaran. Siswa: 1.
Siswa menyatakan sangat senang dengan cara belajar, media, dan materi
yang digunakan. 2.
Bagian yang paling menarik minat adalah saat meneliti makanan dan
kurang suka pada saat mengerjakan instrumen soal. 3.
Siswa mengharapkan pembelajaran serupa dikemudian hari dengan objek
berbeda. Faktor Keberhasilan: 1.
Persiapan rencana aksi dari RPP, media, LKPD, hingga instrumen soal. 2.
Persiapan device yang lengkap. 3.
Persiapan dan antispasi jaringan internet. 4.
Materi yang dipilih kontekstual dan sesuai dengan permasalahan siswa. 5.
Menggunakan media digital yang mudah diaplikasikan. 6.
Sintak model pembelajaran sesuai dengan materi. Faktor Ketidakberhasilan: 1.
Untuk instrumen soal perlu menggunakan bahasa yang lebih sederhana. 2.
Ada baiknya tidak perlu mengganti siswa dari kelas lain jika ada siswa
yang tidak berangkat, sebab bagaimanapun keterlibatan siswa akan berbeda. 3.
Perlu lebih prepare untuk device dan jaringan internet yang lebih
kencang. |
AKSI 4
Lokasi |
SDN 1 Bakungan
Karangdowo |
|||||||||||||||||||||||
Lingkup Pendidikan |
Kelas 3 SD |
|||||||||||||||||||||||
Tujuan yang ingin dicapai |
Meningkatkan
skill numerasi anak melalui pembelajaran kontekstual. |
|||||||||||||||||||||||
Penulis |
Aisyah Senja
Mustika |
|||||||||||||||||||||||
Tanggal |
26 November
2022 |
|||||||||||||||||||||||
Situasi: Kondisi yang menjadi latar belakang masalah,
mengapa praktik ini penting untuk dibagikan, apa yang menjadi peran dan
tanggung jawab anda dalam praktik ini. |
Latar Belakang Hasil ANBK
tahun 2021 menunjukkan, bahwa 1 dari 2 siswa di Indonesia belum mencapai
kompetensi minimum literasi. Meski hasil itu nampak tidak menggembirakan,
numerasi jauh lebih memprihatinkan, 2 dari 3 siswa di Indonesia belum
mencapai kompentensi minimum. Dari jenjang PAUD hingga SMA sederajat, tingkat
terparah ada di jenjang SD. Data tersebut menunjukkan hasil yang “ajeg” baik
dengam model Ujian Nasional, TIMS, PISA maupun Ebtanas sekalipun. Literasi dan
numerasi bukanlah permasalahan baru, negara kita sudah lama berkutat dan
belum berhasil mentas dengan tantangan ini. Padahal skill literasi dan
numerasi adalah skill yang sangat esensial agar siswa ke depannya mampu
mengambil keputusan-keputusan terbaik dalam kehidupan di tengah derasnya arus
informasi. Mengerucut pada
permasalahan numerasi, saat ini pun generasi muda banyak sekali yang terjebak
dalam sebuah permasalahan yang erat kaitannya dengan keterampilan numerasi.
Kasus binomo, pinjol, DNA Pro, PNS terlilit hutang, panic buying, atau bahkan
sesederhana bagaimana kita gagap memaknai sebuah data dalam diagram. Maka,
jika Matematika masih diajarkan sekedar ilmu “konsep” tanpa literasi
Matematika(numerasi) yang memungkinkan siswa menggunakan pengetahuannya
sebagai keterampilan hidup, maka ini sama saja membiarkan generasi mendatang
berenang dalam lautan data tanpa dibekali skill untuk survive. Pada praktik
numerasi kali ini, saya mengajak anak-anak untuk menghias kelas dengan tanaman-tanaman
agar kelas lebih sejuk. Kelas kami cenderung panas karena minim tanaman dan
tidak ada pepohonan di sekolah. Melalui kegiatan outdoor di bukit saya ingin
anak-anak membanding suasana di kelas dan alam, dan apa yang bisa kita
lakukan agar kelas menjadi lebih sejuk. Arahan itu kemudian saya gunakan
untuk mengajak anak-anak menanam dengan media hidrogel, kami menggunakan
hidrogel sebagai media siwa belajar perkalian. Mengapa Penting Praktik ini
saya nilai sangat penting untuk dilaksanakan. Melalui penguatan numerasi,
saya berharap sejak SD, siswa mulai dilatih untuk menggunakan pengetahuan
Matematikanya untuk memecahkan persoalan dan membuat keputusan terkait
permasalahan sehari-hari. Sebab tanpa disadari atau tidak, sedari dini kita
sebenarnya telah bersinggungan dengan numerasi. Melatih diri menggunakan
Matematika, sama dengan mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa,
berpikir kritis itu sendiri adalah proses melatih otak luhur manusia(berdasar
4 macam bagian otak manusia). Ini agar ketika siswa menemuai suatu
permasalahan yang berkaitan dengan angka, yang mereka lakukan bukanlah
berpikir dan merespon cepat tanpa pertimbangan, namun berpikir
perlahan(menganalisis) dan membuat respon terbaik. Peran dan
Tanggung Jawab Penulis Saya adalah
wali kelas 3, di sini saya memiliki peran penting dan tanggung jawab besar
dalam hal perkembangan skill numerasi siswa di kelas yang saya ampu. Sebisa
mungkin, saya harus melakukan optimalisasi peran baik melalui pembelajaran
yang saya rancang dan laksanakan maupun program-program tertentu yang
sifatnya terjadwal. Kali ini, saya menggunakan kesempatan PPL pada Aksi Nyata
ke-4 untuk meningkatkan skill numerasi siswa. Saya berharap praktik baik ini
tidak hanya berdampak bagi saya dan siswa di kelas saya khususnya, namun
sebagai referensi untuk rekan kerja yang lain. |
|||||||||||||||||||||||
Tantangan : Apa saja yang menjadi tantangan untuk mencapai
tujuan tersebut? Siapa saja yang terlibat, |
Tantangan Dalam
melaksanakan aksi tersebut, ada beberapa tantangan yang perlu saya antisipasi
agar aksi berjalan dengan baik, antara lain: 1.
Pada pembelajaran kali ini saya mengambil konsep perkalian Matematika
untuk meningkatkan skill numerasi bagian bilangan dan kuantitas. Namun,
sebagian anak yang belum kuat di konsep(utamanya anak terdiagnosis
tunagrahita) sehingga untuk masuk ke konteks butuh penyelarasan. 2.
Kemampuan anak dalam memahami kalimat Matematika siswa masih rendah,
sehingga guru perlu memakai scaffolding yang tepat dengan langkah-langkah
yang sesuai untuk menstimulasi tingkat pemikiran kognitif anak. 3.
Diperlukan media dan lingkungan yang tepat untuk menstimulus siswa
memecahkan permasalahan, mendekatkan siswa dengan sumber inspirasi dan
mengajak siswa berpikir kritis terkait solusi yang bisa kita lakukan bersama. 4.
Sebab outdoor guru harus mampu mengkondisikan kelas, siswa bebas
belajar namun tetap terarah. 5.
Perlunya manajemen waktu yang baik agar semua langkah dapat
dilaksanakan dengan baik. Keterlibatan 1.
Atasan dan rekan kerja, berkoordinasi dengan atasan dan rekan agar pembelajaran
outing class dapat berjalan sesuai rencana tanpa mengganggu aktivitas lain di
sekolah. 2.
Masyarakat di sekitar Bukit Majasto, penting untuk terlebih dahulu
menyampaikan maksud kedatangan kita ke sana. Hal ini menunjukkan etiket baik
kita sekaligus dukungan dari masyarakat sekitar. 3.
Orang tua siswa, saya berkoordinasi dengan orang tua agar orang tua
ikut mempersiapkan keberangkatan putra-putrinya untuk melakukan outing,
sekaligus izin agar tidak terjadi masalah dikemudian hari. 4.
Keluarga, karena siswa di kelas saya kecil, mudah bagi saya untuk
merancang akomodasi, saya meminta bantuan keluarga untuk mengantar kami ke
sana. 5.
Siswa, siswa adalah bagian paling penting dalam praktik ini, ia adalah
subjek didik yang diharapkan memperoleh dampak dari apa yang telah saya
rancang. |
|||||||||||||||||||||||
Aksi : Langkah-langkah apa yang dilakukan untuk
menghadapi tantangan tersebut/ strategi apa yang digunakan/ bagaimana
prosesnya, siapa saja yang terlibat / Apa saja sumber daya atau materi yang
diperlukan untuk melaksanakan strategi ini |
Langkah-langkah yang saya
lakukan hingga sampai pada aksi: 1.
Ekplorasi akar masalah: numerasi masih menjadi topik yang cukup
general, ada banyak topik di sana, penting bagi saya untuk mengkerucutkan. 2.
Penentuan akar masalah, saya perlu menemukan akar masalah untuk
mengetahui manakah skill numerasi yang paling urgen untuk diatas, dan saya
menemukan skill terkait “bilangan” atau “kuantitas”. 3.
Eksplorasi solusi, saya melakukan kajian literature, wawancara dengan
rekan kerja dan ahli untuk menemukan formula yang tepat. 4.
Penentuan solusi. 5.
Pembuatan rencana aksi, saya membuat seperangkat pembelajaran dari
RPP, LKPD, Bahan Ajar, hingga instrumen penilaian sebelum melaksanakan aksi
saya. 6.
Pelaksanaan aksi dimulai pada Sabtu, 26 November 2022 di Bukit Majasto
dan dihadiri oleh semua siswa dengan lancar. 7.
Saya melalukan evaluasi dengan refleksi diri, surveid dan observasi
rekan kerja, serta survei pendapat anak. Cara menghadapi
tantangan(disesuaikan dengan poin-poin pada bagian “Tantangan” baris 2 kolom
2): 1.
Sebelum pelaksanaan, saya memperkuat konsep perkalian siswa dengan
berlatih perkalian yang berkaitan dengan pemecahan soal sehari-hari. 2.
Kami membahas beberapa soal cerita untuk meningkat literasi numerasi
anak sebelum hari H. 3.
Saya mengintegrasikan lingkungan bukit dengan banyak anak tangga untuk
apersepsi anak, kemudian menggunakan hidrogel yang masih asing bagi anak
untuk menstimulus ketertarikan dan keteribatan. 4.
Ajak siswa untuk berada dalam mode belajar dengan berinteraksi lewat pertanyaan
dan diskusi. 5.
Buat susunan RPP yang detail dengan pembagian waktu. |
|||||||||||||||||||||||
Refleksi Hasil
dan dampak Bagaimana dampak dari aksi dari Langkah-langkah
yang dilakukan? Apakah hasilnya efektif? Atau tidak efektif? Mengapa? Bagaimana respon orang lain
terkait dengan strategi yang dilakukan, Apa yang menjadi faktor keberhasilan
atau ketidakberhasilan dari strategi yang dilakukan? Apa pembelajaran dari
keseluruhan proses tersebut |
Dampak Untuk melihat
dampakd dari aksi yang telah dilakukan maka bisa dirunut kembali pada tujuan: 1.
Meningkatkan skill numerasi anak(bagian bilangan dan kuantitas). 2.
Membuat kelas lebih sejuk dengan penambahan tanaman. 3.
Pemikiran kritis siswa semakin berkembang sejalan dengan berkembangnya
skill numerasi. Pada poin satu
kita bisa melihat dari kondisi pada saat pembelajaran berlangsung,
ditunjukkan dari antusiasme siswa mengikuti seluruh rangkaian pelajaran dan
hasil belajar siswa. Terlihat anak-anak
antusias menaiki tangga sambil berhitung. Nantinya hasil itu akan dihasilkan
untuk menghitung kebutuhan kalori saat menaiki tangga. Anak-anak
sampai di atas bukit dan takjub, siswa menanya terkait alam. Semua anak
terlibat untuk berhitung, pada anak yang telah canggih perkalian 3 digit,
anak yang masih pada tahap perkalian 2 digit, bahkan anak ABk yang masih
berhitung pada angka 1 s.d. 10 semua dapat belajar sesuai dengan kemmapuan
masing-masing. Proses evaluasi
bisa sekaligus sebagai proses brainstorming dengan siswa.
Apa yang kami
lakukan dan dampaknya bagi suasana kelas. Setelah aktivitas ini, kegiatan
berlanjut dengan siswa memelihara tanaman dan aquarium. Suasana kelas lebih
hijau dan menarik untuk siswa, siswa juga belajr tentang tanggug jawab. Hasil Belajar
Siswa
Dari hasil
belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa aksi 4 berhasil meningkatkan skill
numerasi siswa. |
RENCANA TINDAK LANJUT(RTL)
PPG DALJAB KATEGORI 2
Nama : Aisyah Senja Mustika, S. Pd.
Unit
Kerja : SDN 1
Bakungan Karangdowo
LPTK : Universitas Negeri Semarang
Program
Strudi : PGSD Kelas
005 Kelompok 2
Apa
rencana tindak lanjut yang akan Saudara lakukan setelah menyelesaikan
Pendidikan Profesi Guru Dalam Jabatan Kategori 2? |
Setelah
melaksanakan serangkaian kegiatan mulai dari eksplorasi masalah, penentuan
solusi, pembuatan rencana aksi hingga pelaksanaan aksi, saya memiliki
beberapa rencana tindak lanjut sebagai upaya berkelanjutan proses
pengembangan diri saya sebagai guru professional, diantaranya adalah sebagai
berikut: 1. Ke
depan saya berupaya mengembangkan keterampilan khusus dalam melaksanakan
pembelajaran outdoor. Dari pengalaman beberapa pembelajaran dan puncaknya
pada Aksi 4 PPL terkait numerasi, saya pribadi merasa tertantang untuk
mempelajarinya lebih dalam dan memformulasikannya menjadi sebuah model
pembelajaran inovatif yang kemudian menelurkan strategi-strategi pembelajaran
yang cocok untuk diterapkan secara outdoor. Saya paham, untuk sampai di tahap
tersebut ada banyak hal yang perlu saya siapkan, referensi yag mumpuni,
pengamatan, menggali inspirasi dari berbagai sumber, menajamkan diri dalam
melihat potensi lingkungan sekitar, dan tidak kalah penting terus berlatih,
merefleksi, memodifikasi, berlatih lagi(trial and eror). Untuk mempersiapkan
hal tersebut maka langkah pertama adalah memvisualisasikan tujuan,
menganalisis asset baik dari dalam maupun luar diri, membuat rencana
tindakan, dan mengevaluasi. Rencana ini insyaAllah akan saya laksanakan dalam
kurun waktu 4 s.d. 6 bulan selama semester II di kelas 3 pada tahun pelajaran
2022/2023. 2. Fokus
pengembangan outdoor learning kali ini adalah “Dolanan Bocah” ini sebagai
bentuk kelanjutan skripsi yang pernah saya buat saat menyelesaian studi S1
dan kemudian masih terus saya kembangkan dalam praktik baik numerasi pada
pengimbasan Microcredential. Dalam skripsi tersebut saya telah membuat
beberapa modifikasi dolanan bocah yang langkah-langkahnya telah saya
sesuaikan sedemikian rupa, kala itu fokus saya adalah peningkatan kecerdasarn
interpersonal anak. Namun sayangnya, skripsi tersebut ditolak pada saat
sidang, karena dianggap tidak cocok untuk penelitian skripsi. Ide tersebut
saya implementasikan pada saat mengajar dan saya beri nama Model Dolca
Learning(singkatan dari Model Dolanan Bocah). Namun, tentu saja model
tersebut masih banyak kekurangan di sana-sini dan masih perlu pengkajian yang
mendalam. Keluaran rencana tersebut dapat saya desiminasikan di forum guru
dan untuk jangka panjang saya berharap dapat dibukukan memalui penerbitan
indie. 3. Beberapa
waktu lalu saya menemukan sebuah referensi berharga dari Perpusnas digital,
yaitu dua buku terjemahan dari naskah kuno yang ditulis dalam Bahasa Jawa
terkait dolanan bocah, 85 dolanan bocah untuk anak laki-laki dan 85 dolanan
bocah untuk perempuan. Hal ini cukup mencerahkan saya, sebab dolanan bocah
yang selama ini saya kenal tidak lebih dari 25 jenis. Itupun sebagian besar
sudah tidak dikenal oleh anak-anak zaman sekarang. Melalui referensi tersebut,
saya ingin kembali mengenalkan khazanah ilmu Jawa yang sekirannya masih
sangat bermanfaat untuk diterapkan melalui pembelajaran yang menyenangkan. 4. Berikut
adalah urutan langkah jangka pendek yang akan saya lakukan setelah PPG usai: a. Membaca
berbagai referensi terkait prinsip-prinsip pembelajaran outdoor, bagaimana
pembelajaran outdoor bisa berjalan efektif dan bagaimana membawakan suatu
materi dalam pembelajaran outdoor. b. Menemukan
berbagai contoh praktik baik pembelajaran outdoor dari berbagai negara sebagai
perbandingan. c. Menemukan
kekuatan konteks sosial-budaya di lingkungan sekitar saya untuk pengembangan
pembelajaran outdoor. d. Mempelajari
terjemahan naskah kuno terkait ragam dolanan bocah khususnya daerah Jawa. e. Memilih
beberapa dolanan bocah untuk nantinya digunakan sebagai strategi
pembelajaran. f.
Menguji cobakan strategi yang telah
saya buat. g. Melakukan
evaluasi dan refleksi. h. Modifikasi
strategi berdasarkan evaluasi dan refleksi. i.
Menguji cobakan lagi dengan materi
berbeda. j.
Menuliskan apa yang telah saya lakukan
menjadi best practise dengan metode star. k. Melaksanakan
desiminasi di KKG, Dharmawanita, dan KPNI. l.
Mempublikasikan hasil di website
pribadi dan majalah guru seperti Majalah Suara Guru dan Majalah Suara PGRI. |
|
|
[1] Jurnal Gambaran Kebiasaan Jajan Dan Status Gizi Anak Sekolah: Poltekes Denpasar(2020) oleh Melda
C. Harapan, dkk.
0 Komentar